Judul
artikel ini mungkin akan terasa berlebihan, sekedar mencoba membahas secara
singkat dengan fenomena yang terjadi beberapa tahun belakangan ini yaitu mulai
maraknya permintaan dan kampanye legaslisasi ganja yang cukup membuat
masyarakat umum mengernyitkan mata. Bagaimana tidak, ganja yang selama ini
dianggap barang haram, tiba tiba minta dilegalkan dengan dalih lebih banyak
manfaat positifnya daripada efek negatifnya. Bahkan, dibeberapa aktivis,
menuding pengharaman ganja dikarenakan faktor politis hingga membawa bawa salah
satu daerah konflik di Indonesia saat itu. Rasanya, perlu kita perhatikan
alasan alasan dari kelompok yang meminta ganja dilegalkan dan kelompok yang
menentang legalisasi ganja.
Ganja,
atau yang juga dikenal dengan cannabis
sativa atau juga akrab disebut marijuana,
sudah digunakan di Cina sejak 2700 SM yang lalu. Di Cina, ganja digunakan
sebagai tanaman obat obatan. Para ahli pengobatan jaman dulu diolah dan diracik
sebagai minuman sejenis the dan digunakan untuk merangsang nafsu makan,
penghilang rasa sakit, mengobati asma, beri-beri, rematik, malaria, kram,
menstruasi, migrain dll. Kemudian ganja mulai dikenal di eropa pada era
1500-an, dan mulai berkembang dan ditanam pada era 1600-an. Pada awal era 1900an,
perusahaan perusahaan farmasi di Amerika Serikat, menggunakan ganja sebagai
bahan bahan obat produksi mereka. Sejak revolusi Meksiko ganja makin popular
dan penyebarannya semakin meluas.
Bagi
kalangan pendukung legalisasi ganja, dengan banyaknya manfaat manfaat medis
yang terkandung dalam tanaman cannabis sativa ini, sangat layak Ganja
dilegalkan. Menurut pandangan mereka, ganja ADALAH obat-obatan yang tidak
membuat adiktif penggunanya, ganja bisa menjadi obat penenang yang baik
terutama untuk penderita gangguan jiwa. Ganja juga dianggap tidak menimbulkan
efek kecanduan seperti halnya oba obatan berbahan kimia dari perusahaan farmasi
yang semakin meningkat dosisnya dan menimbulkan efek kecanduan. Selain itu,
kegunaan lain pada tanaman cannabis sativa ini ialah pada biji ganja, biji
ganja juga bisa digunakan sebagai pelumas. Batang tanaman ganja yang kaya akan
serat juga bisa digunakan untuk tali, bahan tenun pakaian yang lebih bagus dari
bahan kapas, bahan pembuat kertas yang lebih bagus dari kulit kayu dan lain
lain. Dibeberapa daerah di Indonesia seperti Aceh, mulai dari daun, batang
hingga biji ganja dipakai sebagai penyedap masakan dengan takaran tertentu
untuk masakan seperti gulai kambing, dodol Aceh, mie Aceh hingga kopi Aceh.
Menurut sejarah, pada abad ke 19, Belanda membuka tanaman kopi di dataran
tinggi Gayo dan menggunakan ganja sebagai tanaman pengusir hama. Sejak itu
tanaman cannabis sativa ini tumbuh sumbur dan menyebar di Aceh.
Dibeberapa
Negara seperti di Inggris, memiliki Lembaga Marijuana Centre yang khusus
meneliti tanaman cannabis sativa ini guna keperluan industri farmasi dan medis.
Demikian pula berlaku di Kanada yang berencana melegalkan ganja untuk kebutuhan
farmasi dan medis. Sementara di India, biji ganja biasa disantap sebagai makanan
ringan.
Dasar lain dari
pendukung legalisasi ganja adalah berdasar penelitian penelitian ilmiah tentang
efek ganja, Menurut Journal of the International Neuropsychology Society, tidak
diketemukan efek yang signifikan pada pengguna ganja dalam jangka yang panjang.
Sebuah studi yang didanai oleh National Institute on Drugs Abuse (NIDA)
menemukan bahwa penggunaan tembakau berat mempercepat kemungkinan terkena
kanker paru paru daripada penggunaan ganja. Efek THC atau bahan psikoaktif
utama yang terkandung dalam ganja menurut para peneliti dari McGill University,
mampu memiliki efek anti depresan pada dosis tertentu.
Dalam pandangan
mereka, ketika ganja sudah dilegalkan tentu bisa mengontrol peredaran ganja
dengan baik, mengurangi tingkat penyalahgunaan pemakaian ganja. Penyebab utama
dilarangnya ganja adalah kandungan zat THC yang terdiri dari Delta-9-THC, yang
apabila digunakan secara berlebihan akan mempengaruhi kinerja otak manusia.
Akan tetapi sebagian ahli medis daan farmasi, unsur kandungan cannabis sativa
ini diyakini mampu menyembuhkan penyakit tumor dan kanker.
Alasan alasan medis yang
dikemukakan oleh pendukung legalisasi ganja ini juga segera direspon cepat oleh
kalangan penentang legalisasi ganja. Kandungan delta-9-THC pada cannabis sativa
adalah zat psikoaktif yang sangat kuat yang berpotensi menyebabkan penurunan
memori jangka pendek pada pengguna ganja. Sementara efek yang lain adalah
timbulnya halusinasi, peningkatan sensasi, dan menimbulkan sejumlah variasi
paranoia pada panggunanya.
Alasan ganja
tidak menimbulkan kecanduanpun dibantah, pengunaan ganja dalam jangka panjang
dapat menyebabkan kecanduan bagi sebagian orang yang berarti mereka menggunakan
obat kompulsif yang berakibat tidak langsung menimbulkan gangguan pada
keluarga, rekan kerja, sekolah maupun kegiatan kegiatan lainnya.
Ruben Baler,
Salah satu ilmuwan National Institute on Drugs Abuse (NIDA) berpendapat bahwa
manusia akan lebih cepat mati apabila mengkonsumsi alcohol secara berlebihan,
tetapi tidak pada ganja karena ganja memiliki dampak yang lebih halus. Ganja
mempengaruhi sistem kardiovaskular serta meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah. Dan apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan dalam satu waktu
maka efeknya seperti overdosis alkohol. Baler juga mengungkapkan, penggunaan
ganja dalam jangka panjang dapat berdampat pada gangguan reproduksi,
memperburuk masalah kejiwaan bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan
gangguanj jiwa. Karena cara konsumsi ganja adalah dihisap, ganja juga bisa
menyebabkan bronchitis, batuk, dan peradangan kronis pada saluran pernafasan.
Menurut Garry
Murray, Direktur Divisi Metabolisme dan Efek Kesehatan di NIDA Amerika Serikat,
ganja mempengaruhi kesehatan secara tidak langsung dan dapat merusak koordinasi
dan keseimbangan, sehingga ada resiko untuk menyakiti diri sendiri, terutama
jika seseorang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Menkonsumsi
ganja mungkin tidak buruk, ditambah kegunaan lain dari tanaman cannabis sativa
ini, perlu kebijakan tersendiri apabila dilegalisasikan. Sepanjang manusia
mampu mengkontrol diri sendiri dan memiliki edukasi yang bagus mungkin hal hal
negatif yang didapat dari ganja bisa dicegah. Dikembalikan ke diri kita
sendiri, mendukung legalisasi ganja tau menentangnya.